Friday, June 01, 2007
Saturday, May 19, 2007
Salah seorang guru saya pernah bilang bahwa iblis dimurkai Allah bukan karena ia tidak percaya pada-Nya. Ia dimurkai karena (dan ini menjadi dosa pertama) sombong. Sombong karena merasa lebih baik dari manusia. Karena itu juga sombong ia menolak perintah penciptanya.
Apakah kita juga mau meniru sikap iblis ini? Adakah ruang untuk bertingkah sombong? Adakah ruang untuk memakai pakaian kebesaran-Nya. Sungguh hanya Allah yang berhak sombong.
Kita hanya makhluk hina yang tidak berdaya di hadapan-Nya. Dia tidak perlu mendatangkan angin topan atau badai untuk memusnahkan kita. Allah tidak perlu menurunkan makhluk raksasa untuk menghilangkan kita.

Dia, cukup, mengutus makhluk kecil ini untuk menghukum kita. Makhluk kecil yang kadang kita tidak sadari keberadaannya. Ia bisa membawakan maut kepada kita. Lewat jarum kecil diujung mulutnya.
Masihkan pantas berbuat sombong?
Tuesday, May 15, 2007
Ulat ini saya temukan sedang menggeliat di rumput-rumput liar. Dari jauh, saya tertarik apa yang sedang dilakukannya. Dengan lensa Canon EFS 100mm/2.8 terpasang di Canon 350D, saya mendekat. Wah….dahsyat momment nya.

Ulat ini sedang berjuang melepaskan diri dari kerumunan semut-semut merah yang menggigitnya. Sepertinya semut-semut itu akan membawanya ke sarang dan menjadikannya santap malam. Ulat ini terus menggeliat, semut pun terus menyerang. Saya terus sibuk mengatur setting kamera untuk mengabadikan mommentnya.
Berapa banyak drama seperti ini terjadi di dunia kita. Sementara orang sekarat, bertahan hidup, kelaparan, sakit, menderita, yang lainnya sedang menjadikannya sumber nafkah. Sementara ia meregang nyawa...beberapa yang lainnya menontonnya sambil menyantap snack ringan di sore hari.

Wednesday, May 09, 2007
Titik Air
Ada yang pernah bilang ke saya, "Jadilah titik-titik air yang selalu menggenangi muara kering...." Jujur, sampai sekarang belum bisa memahami apa maknanya. Apa arti satu titik air...dalam satu masa kemarau. Apa gunanya hanya satu titik air.
Kembali ke foto makro. Suatu pagi, saya bisa mengambil foto tetes embun yang tersisa di sebatang rumput liar. Titik-titik air kecil bergerak menyatu menjadi titik yang lebih besar. Mungkin ini hanya awalnya. Titik air ini pasti akan berhimpun lagi dengan titik lainnya membentuk titik air yang lebih besar lagi.
Sampai akhirnya menjadi aliran air, lalau menjadu sungai, akhirnya menggenangi muara kering. Oh...seketika saya ingat lagi "Jadilah titik-titik air yang selalu menggenangi muara kering"
Yah...setelah merenungi foto makro ini, akhirnya saya TETAP TIDAK MENGERTI bagaimana "menjadi titik-titik air yang selalu menggenangi muara kering" Ha ha ha.....
Terlalu banyak di dunia ini yang harus dimengerti. Sungguh berat, mengapa kita harus mengerti? Mengapa tidak boleh seperti air ini? Waktunya harus menjadi embun ya jadi embun. Waktunya harus jadi sungai, ya jadi sungai. Waktunya ke muara, ya ke muara. Waktunya jadi hujan, ya jadilah hujan. Tanpa harus mengerti untuk apa itu semua.
Jadi, biarlah saya tetap tidak mengerti.
Sunday, May 06, 2007

Berani pegang ulat ini? Ha ha ha, pasti merinding ya...?Biasanya ulat ini gatal sekali bila tersentuh di kulit.
Segera setelah keluar dari telurnya ia merayap di antara dahan-dahan tumbuhan liar. Ia makan dari daun-daunnya. Nyaris sepanjang hari yang ia lakukan hanya makan, makan, dan makan. Sampai suatu hari ia akan berhenti makan dan berhenti bergerak untuk berubah menjadi kepompong.
Setelah itu, ia seperti mati...sampai saat nya tiba ia keluar dari kepompongnya dan menjadi kupu-kupu. Ya, suatu makhluk yang berbeda sama sekali dengan ulat tadi. Ia menjadi makhluk yang mampu terbang kesana-kemari dengan anggunnya.
Adakah hidup ulat dan kupu-kupu ini melambangkan sesuatu? Adakah Yang Maha Kuasa ingin memberikan kita pelajaran dari makhluk ini? Mari kita renungkan.
Macro World
...kemegahan dalam dunia kecil